Parangtritis, 30 Januari 2013
Pelan-pelan kutelusuri hamparan pasir putih nan luas itu.. sesak di hati, pikiran kalut tak menentu, hanya istighfar tiada henti yang bisa kulantunkan di mulut ini. Tak ada tetes air mata yang tumpah, tapi sungguh lebih menyakitkan sedih tertahan dari pada sedih yang terluapkan.
Hatiku terus menggumam “Ya Allah cobaan apalagikah ini yang kau timpakan padaku? Pantaskah aku mendapatkan cobaan bertubi-tubi begini? Apa maksud dari teguran kau kali ini ya Allah?”entah seperti ada yang salah pada diriku kali itu… sudah kucoba ikhlas atas kehilangan yang pertama tadi. Bahkan aku tidak sempat bersedih, mencoba mengambil hikmah dari kehilanganku sebelumnya. Berusaha berfikir positif, mungkin memang bukan rezeki ku kali itu. Tapi untuk kejadian naas yang kedua kali ini, otakku tak sanggup lagi membendung pikiran positif. Memaki-maki diri sendiri atas keteledoran yang terjadi. Merutuk diri, kenapa tidak berhati-hati sebelumnya.. cerobohnya diriku ini.
Mataku yang memang tidak minus, mencoba menelusuri setiap jengkal hamparan pasir putih itu. Mencoba mencari-cari barangkali sudah tertupi pasir sebagian, “tidak mungkin benda itu tak terlihat oleh mata ini, kalau memang masih ada” batin diri. Iya benar sekali ‘kalau memang masih ada’, kalau tidak ada yang mengambil saat melihatnya, “ya Allah semoga kau jaga barangku itu, dan biarkan aku menemukannya dalam keadaan utuh” doaku dalam hati. Aku coba yakinkan dalam hati Allah itu maha baik, Ia tak akan menguji hambanya melebihi kemampuan kita. Tapi yang jadi pertanyaan, apakah Allah merasa aku masih bisa menghadapi ujian ini untuk yang kedua kalinya? Kalau memang Allah merasa seperti itu, celakalah aku.
Benda itu mencolok sekali warnanya, apa iya hamparan pasir putih yang luas di depanku ini dapat menyadurkan benda yang sedang kucari itu. Aku tak ingat persis track yang kulalui dengan mobil kecil bernama ATV tadi, tapi yang kuingat pasti aku hanya berputar satu kali dan itu tak jauh dari sini.
Kuterus mengelilingi setiap jengkal pantai parangtritis di sore itu, namun langit terlihat masih terik seolah waktu berjalan begitu lama. Sesak hati yang tak kunjung reda, masih saja terus meretuk dalam hati diselingi istighfar memohon ampun. Semoga dengan kejadian ini, Allah sedang mencoba menghapuskan dosa-dosaku sebelumnya.
Kau tahu apa yang disebut merasa sendiri di dalam keramaian? Anda berada ditengah hingar-bingar, canda-tawa orang-orang di sekeliling anda, namun yang terasa hanyalah sepi. Seolah mereka Cuma background bergerak yang lalu lalang disamping anda tanpa anda sadari apa yang sedang mereka lakukan, apa yang sedang mereka bicarakan. Seolah-olah saya memiliki remote yang me-mute kan suara mereka, hanya gerakan yang bisa saya tangkap. Masalah suara? Entah apa yang terjadi di sekeliling saya, tak satupun tercerna di alam sadar ini. Alam bawah sadar ini hanya memfokuskan pada satu hal, mencari benda yang hilang itu. Ya aku terus mencarinya, tanpa lelah berharap Allah masih memberikan satu keajaiban kepadaku. Orang-orang lalu lalang, bercanda, tertawa, tak ada satupun yang aku gubris. Bahagianya mereka, sayang.. kali ini saya tak seberuntung mereka yang bisa merasakan tawa lepas tanpa beban di hati.
Satu dua benda saya curigai sebagai benda yang saya cari, menyembul dari pasir dalam balutan warna yang serupa dengan benda yang saya cari. Mencoba mendekat sedikit berlari, jarak 4m 3m 2m 1m terus berdoa semoga itu bendanya, ah ternyata bukan. Terus mencari lagi, Allah akan menolong hambanya yang bersungguh-sungguh bukan? Ikhtiar dulu sambil berdoa selanjutnya baru tawakal.
Disela saya mencari-cari, beberapa teman mendekati mencoba menanyakan apakah benda itu sudah ditemukan. Yang bisa saya lakukan kala itu adalah, memaksa tersenyum sambil menggeleng dan kembali menunduk melihat butiran-butiran pasir kecil yang tak terhingga jumlahnya ini lalu kembali menelusuri tak tentu arah, memutar dan kembali ketitik semula lagi. Beberapa teman juga ada yang mencoba membantu mencarikan, aku bersyukur masih ada yang peduli. Siapapun mereka, semoga Allah membalas kebaikannya.
Masih dengan muka menunduk sambil memicingkan mata, barangkali kurang jeli dalam mencari, seketika seorang teman datang menghampiri dan merangkulku, sedikit menyemangati dan menyuruhku bersabar. Lalu ia ikut sibuk menjelajahi pasir-pasir yang sejak tadi sudah kujelajahi entah sudah putaran yang keberapa kali pasir ini kujejaki, mungkin ia sudah bosan melihatku (pasirnya). Ia yang menemaniku mengeluarkan kata-kata bijaknya, aku yang dari tadi merasa sendiri di keramaian lantas tersadar ‘aku tidak sendiri’. Ia berkata “tidak ada kejadian di muka bumi ini tanpa izin dariNya, mungkin kejadian inipun memang sudah ditakdirkan olehNya. Tanpa kita ketahui Allah memberikan pelajaran yang berharga dari cobaan yang Dia berikan. Kamu mungkin bisa lebih berhati-hati lagi menjaga barang bawaan kedepannya.” Aku Cuma bisa tersenyum kecut mendengar kalimat itu, “iyah, semua yang terjadi memang sudah direncanakan oleh Nya. Tapi betapa cerobohnya aku ini, ini sudah yang kedua kali di hari yang sama. Tak berselang waktu yang lama pula, dan aku tidak belajar dari kesalahan yang pertama. Ada apasih sebenernya sama diriku ini?” Temanku hanya memandang sambil tersenyum dan menepuk-nepuk pundakku membantu menyabarkan diri ini.
Tak sanggup menahan lagi, akhirnya terjatuh juga tetesan air mata yang sudah sejak tadi hanya tertahan di batin ini. “sepertinya benda itu aku ikhlaskan saja, sudah kita tidak usah mencari lagi. Mungkin memang ini pelajaran yang harus aku hadapi”, ia kembali merangkulku mengusap kepalaku dan mengajakku ke pinggir pantai. Kami duduk di pinggir pantai melihat deburan ombak, langit sudah tampak menjingga matahari sudah mulai lelah menampakkan sinarnya dari siang tadi. Entah berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk mencari benda tersebut. Ternyata hasilnya nihil…
Kuhirup napas dalam-dalam, air mata kembali menetes.. temanku yang sejak tadi setia menemani merangkulkan tangannya ke pundak ini, kembali menuturkan kalimat-kalimat indah yang bisa sedikit menenangkan jiwa. Aku bahagia masih ada orang yang menuturkan kalimat-kalimat positif di sela kesedihan yang mendalam ini. Tanpa ia minta, akupun menceritakan kronologis mengapa dua benda berharga itu bisa hilang tak lagi dalam pegangan ini. Aku menceritakannya sambil terisak, sudah tidak sanggup rasanya menangkupkan kesedihan ini hanya untuk diri sendiri.
Kejadian pertama,
Keraton Yogyakarta,
Sedang asik-asik berfoto-foto dalam sebuah galeri lukisan didalam keraton, tak sekalipun sejak masuk ke dalam keraton tadi aku membuka tas. Karena kamera pun tak aku keluarkan, rasanya malas melihat teman-teman juga sudah banyak yang membawa kamera. Sepertinya menebeng jeprat-jepret di kamera mereka saja lebih asik, tak perlu memfoto tapi difoto. Hhe.. saat membuka tas, yang tadinya bermaksud mau melihat jam di hp. Tiba-tiba aku disadarkan kalau hp tersebut tak ada di tempat semestinya, kondisi tas masih utuh, tidak ada bukaan resleting sama sekali. Akupun langsung teringat terakhir menggunakan hp di bis, dan sepertinya aku memang lupa meletakkannya di bangku bis. Ya Allah kenapa bisa lupa begini ya, dan tersadarnya setelah waktu yang cukup lama. Langsung saja aku meminta salah satu teman untuk menemaniku menuju bis, kami bertanya lokasi bis yang ternyata letaknya lumayan jauh juga. Disela-sela kepanikan namun seolah sudah mempunyai firasat tak enak, akupun meminta temanku menelpon nomor hp ku. Ternyata benar saja “nomor yang anda tuju sedang tidak aktif” okey saat mendengar jawaban dari temanku, saat itu juga aku merelakan hp ku itu. Bukannya sombong, dan merasa barang itu tidak berharga, tapi mau diapakan lagi satu hal yang bisa membuat hati ini tenang hanyalah dengan mengikhlaskannya, innalillahi barang itu hanya titipan saja, kalau seketika diambil atas izin Nya yasudah relakanlah. Walaupun diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab, Itu nantinya akan menjadi pertanggung jawaban dia kelak baik di dunia maupun di akhirat. Sesampainya di bis, kondisi bangku ku memang kosong melompong, tidak mau terlalu mencurigai atau menghakimi orang lain. Karena hal ini memang datang dari keteledoran diri sendiri, daripada suasana menjadi tidak enak nantinya lebih baik ku cepat selesaikan dengan mengikhlaskannya. Jurus paling ampuh memang Cuma mengikhlaskan, akupun menelpon orang tua mengatakan kejadian yang baru saja saya alami, dan mamaku menitip pesan untuk kedepannya barang-barang lain dijaga termasuk kamera. Yah, aku menyanggupinya.. akupun tidak terlalu merasa bersalah dengan mereka, karena hp itu hasil jerih payah sendiri selama mengajar privat waktu itu. Jadi ya kalopun harus ada yang merasa rugi, itu adalah diriku sendiri. Mengambil hikmah dari kejadian ini, mungkin aku kurang sedekah kali ya. Sedekah Cuma sama pengamen doang,hhe..
Selesai berkunjung dari keraton kami melanjutkan perjalanan menuju pantai parangtritis, disinilah kejadian kedua terjadi..
Pantai parangtritis,
Hembusan angin meniupkan topi coklat bundar yang aku pakai saat itu, angin juga menerpa wajah meninggalkan bau pantai yang sangat aku rindukan ini. Tak lupa pelengkap kacamata hitam kupakai menahan teriknya sinar matahari. Kami berlari-larian diantara pasir-pasir itu menendang-nendangkan air laut yang menyentuh pinggir pantai. Sudah lama sekali sepertinya, saat terakhir kali menyentuh pantai seperti ini.. menangkupkan segenggam pasir, berlarian saling mengejar dan melemparkan pasir yang ada di tangan, “perang pasir dimulaiiiii…” ah layaknya anak bocah yang senang bermain lari-larian dan bermain dengan air laut kita semua tampak bahagia saat itu. Kesibukan di arah lain pun tak kalah serunya, para pria-pria itu sedang bekejar-kejaran memperebutkan bola, what?sepakbola? setahu aku permainan pantai itu yang paling pas kan voli. Hhaha biarkanlah mereka bersenang-senang dengan caranya masing-masing. Di sisi lain ada yang sedang melompat-lompat berusaha mendapatkan pose paling keren saat jepretan kamera dibidikkan, hasil yang didapat dari bidikan kamera itu terlihat seolah mereka terbang tinggi menggapai langit dan tak menapaki tanah. Itulah kecanggihan kamera dan keahlian fotografer demi memperlihatkan objek yang dipotretnya melompat amat jauh. Ah padahal kami melompat tak seberapa, paling hanya 50cm, tapi yang nampak digambar seolah kita melompat sejauh 2m (hahaha). Melihat lagi kearah lain, segelintir orang sedang asik-asiknya mengaruk pasir-pasir putih ini berusaha membuat istana megah “the castle of ilkomerz 46” katanya. Lucu sekali, senang melihat mahasiswa-mahasiwa tingkat akhir ini bermain-main.
Mereka tampak lepas, tertawa, melupakan sejenak skripsi yang akan menungguinya di depan mata. Kembali ke masa kecil, seolah tak ada beban. Hari itu aku benar-benar sudah melupakan kejadian naas yang terjadi siang tadi. Aku asik ikut bermain dengan mereka, tentunya semua kejadian itu tak mau aku abaikan begitu saja. Aku ambil kamera pink pocket kecilku, seolah seperti wartawan yang sedang meliput kegembiraan mereka aku wawancara mereka satu persatu mulai dari yang bermain lari-larian saling melempar pasir, yang sedang berlompat-lompatan untuk difoto, yang membuat istana pasir, yang sedang mentato temporer badannya, yang sedang bermain ATV, sampai yang sedang asik duduk sambil berpayungan hanya mengamati yang lain. Yaaah aku rekam semuanya, sampai orang yang paling pemalu sekalipun aku mintai pendapatnya tentang acara jalan-jalan bareng ini. Ini moment kebersamaan terakhir batinku yang mungkin kedepannya akan sulit dilaksanakan lagi. Karena mungkin kami sudah berpencar, sibuk dengan skripsi masing-masing. Mungkin ada yang lulus duluan, ada yang sudah kerja, atau ada yang hilang2an (kalii).
Sejenak selesai merekam semua aktivitas mereka, kuhampiri teman yang sedang bermain ATV. “mau doooong naiiik” sedikit merajuk kepada teman yang sedang bermain ATV. Untuk menyewa ATV itu dibutuhkan 50rb untuk setengah jam bermain. Ingin mencoba barang sebentar saja, kami bergantian menaiki ATV itu. Aku kala itu ingin duduk di depan, yang menyetir dan membawa ATV nya. “gw dulu yang bawa yaa, nanti gantian” ujarku. Sudah merasa siap dengan menyetir ATV ini, namun ada yang sedikit mengganggu, kulepaskan dahulu kacamata hitam yang kupakai saat itu dan kuletakkan disela-sela kaki. Kubawa ATV melintasi teman-teman yang sedang bermain, melintasi pengunjung lain yang juga sedang membawa ATV. Tiba-tiba adrenalin ini meningkat, ingin membawa ATV lebih cepat lagi, akhirnya kukencangkan gas (wuuuung…) ATV kami melaju lebih kencang, separuh mengebut. “woii..woi.. pelan-pelan woi santai” temanku menyahut karena topinya tiba2 terjatuh. Aku berhentikan sebentar agar dia mengambil kembali topinya. Lalu aku gas kencang lagi ATV tersebut (tidak kapok), “mel sellow mel, duduk gw gak enak nih” kebetulan dia memang duduk miring, aku yang suruh agar sedikit terjaga batas antara pria dan wanita (hahaha). “masih kaku aja” ujar dia saat aku suruh duduk seperti itu, “hhehe.. gapapa lah”aku bersikukuh.
Okeyy, satu putaran cukup aku rasa. Sesampai di tempat mereka berdiri, menunggu untuk bergantian menaiki ATV, aku melangkahkan kaki turun dari ATV, tiba-tiba ada benda jatuh dari kakiku. Seketika akupun tersadar “eh kamera gw?” mencoba mencari disela-sela kaki “adanya ini mel” temanku memberikan kacamata hitam itu ke tangan ku. “kamera gw mana? astaghfirullah’alazim pasti jatoh tadi pas ngebut2an” dalam kondisi panik tanpa berpikir panjang. Kupinjam lagi ATV itu sendiri sambil melintasi track yang tadi baru kutempuh. Tidak ada! Oh God, ada apa ini sebenarnya.. kenapa aku ceroboh banget sih batin diri. Naas nya lagi, ATV yang kukendarai mogok tak mau di gas. Arghh daripada menunggu lama, keburu kameranya ditemukan orang lain kupikir aku langsung memanggil temanku yang berdiri tak jauh dari sana. Kuminta dia menjaga ATV ini, kejadian yang terjadi selanjutnya adalah….
(back)
“Ya begitulah ceritanya tadi, sampai saat ini hp dan kamera itu sudah hilang entah kemana” dia yang menemani, masih setia mendengarkan setiap ceritaku itu. “boleh pinjem hp nya? mau telpon orang rumah” sebenarnya aku sudah tidak tahu mau bagaimana lagi, satu-satunya yang membuat agar pikiranku lebih tenang adalah memberitahukan mama. Setelah memberikan hp nya aku memencet nomor rumah, ya Cuma nomor itu yang aku ingat di luar kepala. Ketika telepon diangkat aku sudah tidak bisa membendung semuanya. Sesegukan tak terelakan mengiringi ceritaku. Selesai menelpon terasa sedikit lega, walaupun tetap tak menghilangkan sedih ini. “biaya yang cukup mahal untuk pergi ke jogja” ujarku sembari tersenyum kecut.
Kami berdua sore itu saling berbagi cerita, sekedar untuk melupakan sejenak kesedihan ini. Aku tahu Allah sedang mengujiku kala itu, aku harus kuat.. Kuhapus air mata ini “Ya Allah.. jika memang ini caramu untuk menegurku, mengujiku aku hadapi semuanya dengan ikhlas. Semoga kau mempunyai rencana yang lebih baik kedepannya untuk diriku ini”. Sore itu sebenarnya adalah moment paling baik dengan mereka, aku merasa semua rekaman di kamera tadi hanya tinggal kenangan saja. Menghadap ke pantai dengan pemandangan deburan ombak, angin sore yang berhembus, langit sore yang semakin menjingga, buliran pasir yang diterpa air laut, semua itu adalah saksi bisu tangisan seorang wanita ceroboh yang berjanji akan belajar dari pengalaman pahitnya kali itu.
Ombak sore itu semakin besar, tak ada satupun orang yang berenang di laut. Parangtritis hari itu memang sedang pasang, sehingga tidak ada pengunjung yang boleh masuk ke air laut. Mereka hanya boleh menikmati di pinggir pantai. Seketika air laut yang terhempas hampir mengenai kami berdua membuyarkan lamunan kita. Kami berdiri menghindar, “kesana yok, ngumpul sama yang lain” aku berkata sambil menghapus air mata untuk yang terakhir kali, kami beriringan menghampiri teman-teman yang sedang melakukan sesi foto terakhir di pantai itu. “hayooo teriaaak” ujar fotografer “aaaaaaa……..” sebenarnya tak sanggup lagi berteriak, ”sekali lagiii, free style sekarang” kupaksakan senyumku di sesi foto terakhir itu.
“Harta masih bisa dicari, benda hilang itu masih bisa diganti suatu saat nanti. Tapi kebersamaan ini, canda tawa bersama mereka entah kapan bisa hadir lagi di kehidupanku. Aku cukup bahagia 3 hari ini menghabiskan waktu bersama mereka. sekarang aku sudah bisa tersenyum, terima kasih kawan, terima kasih pengalaman, terima kasih Allah… Aku banyak belajar hari ini 🙂 🙂 🙂 “
.
.
.
.
TUNGGU!!!
Ceritanya belum selesai…
Allah ternyata punya rencana lain untukku hari itu, mungkin Dia tidak tega melihat seorang hambanya mengalami kejadian buruk sampai dua kali seperti itu. Aku tidak tahu, tapi sepertinya ini memang skenario yang sudah Allah atur untukku. Ternyata ada satu kejadian yang aku lupakan, kejadian yang tak terpikirkan olehku karena kepanikan yang datang begitu saja.
(rewind)
Selesai merekam semua aktivitas anak-anak yang sedang bermain tersebut, sebelum aku menghampiri teman-teman yang sedang bermain ATV. Aku menyempatkan diri menaruh kamera di tas, dan menitipkannya bersamaan dengan tas-tas anak-anak yang lain. Yapsss, sangking paniknya merasa kamera itu tidak lagi ada di tangan setelah bermain ATV aku melupakan tas itu. Aku tidak mencarinya lebih dulu di tas sebelum mencurigai bahwa kamera itu terjatuh bersamaan saat aku bermain ATV.
Antara lega sekaligus tidak enak dengan teman-teman lain yang ikut membantu mencarikan kamera, aku berucap syukur pada Allah. “Alhamdulillah ya Allah, kamera ini masih rezeki ku” saat itu aku baru menyadari kamera ternyata masih ada di tas ku, saat sedang ingin bilas ke toilet umum.
Sesampainya di bis, aku ambil alih mic yang sedang dipegang tour guide, “temen2 mau pengumuman sebentar,hhe.. alhamdulillah kameranya udah ketemu, maaf ya yang tadi udah repot bantu nyariin. Ternyata ada di tas, sangking panik nya gak ngecek di tas dulu.hhe” ucapku..
“alhamdulillah” mereka berujar
Yah satu masalah selesai, banyak hikmah yang bisa aku ambil dari semua kejadian ini.. Allah memberikan masalah kepada umatnya tentunya dengan maksud tertentu. Mungkin untuk menegur karena kesalahan masa lalu yang pernah dilakukan. Mungkin juga memberikan ujian, untuk mengetes hambaNya dan melihat apakah keimanan akan bertambah atau berkurang. Ya masalah ada untuk meningkatkan kedewasaan kita sekaligus menaikkan derajat kita di mata Allah, jika kita benar-benar bisa bersabar dan ikhlas menghadapi masalah itu.
“Sesungguhnya semua perkara adalah baik. Jika ia mendapat kebahagian, ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka (hal itu), merupakan kebaikan baginya”(HR. Muslim)
“Allah will give us the strong after the pain..”
“Don’t be sad, La Tahzan”